Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Bikin Foto Auto Pro? Ternyata Ini Bedanya Shallow Depth of Field dan Bokeh, Fotografer Pemula Wajib Tahu!

Bikin Foto Auto Pro? Ternyata Ini Bedanya Shallow Depth of Field dan Bokeh, Fotografer Pemula Wajib Tahu!




Dalam dunia fotografi, istilah 'shallow depth of field' dan 'bokeh' seringkali disebut bersamaan, bahkan tak jarang dianggap sama. Kedua konsep ini memang saling terkait erat, namun memiliki makna dan fungsi yang berbeda secara fundamental. Kesalahpahaman ini bukan hanya monopoli pemula, bahkan fotografer berpengalaman pun kadang keliru menempatkannya. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan esensial antara shallow depth of field dan bokeh, membimbing Anda memahami bagaimana keduanya bekerja untuk menciptakan gambar yang menawan.

Daftar Isi:

Shallow Depth of Field: Bukan Sekadar Blur Biasa



Istilah 'shallow depth of field' (DoF dangkal) merujuk pada rentang jarak dalam sebuah gambar yang terlihat tajam, sementara area di luar rentang tersebut akan menjadi buram atau out of focus. Ini adalah efek optik yang secara fundamental terkait dengan cara lensa memproyeksikan cahaya ke sensor kamera. Bayangkan sebuah garis lurus dari kamera ke horizon; DoF dangkal berarti hanya sebagian kecil dari garis itu yang akan nampak fokus, misalnya hanya objek yang berjarak 2-3 meter dari kamera, sementara objek di depan dan belakangnya akan buram.

Penggunaan DoF dangkal sangat populer karena kemampuannya untuk mengisolasi subjek utama dari latar belakang dan latar depan yang mengganggu. Efek ini secara visual 'memisahkan' subjek, membuatnya menonjol dan menarik perhatian pemirsa langsung ke titik fokus yang diinginkan fotografer. Dalam fotografi potret, misalnya, DoF dangkal sering digunakan untuk membuat mata subjek tampak tajam sementara telinga atau rambut di belakangnya sedikit buram, menciptakan dimensi dan kedalaman.

Faktor Penentu Kedalaman Bidang




Ada beberapa elemen kunci yang secara langsung memengaruhi seberapa dangkal atau dalam DoF yang bisa Anda capai:

  1. Aperture (Bukaan Diafragma): Ini adalah faktor paling dominan. Semakin lebar bukaan diafragma (angka f/ yang lebih kecil, seperti f/1.8 atau f/2.8), semakin dangkal DoF yang dihasilkan. Lensa dengan kemampuan aperture lebar seringkali menjadi incaran fotografer yang ingin menciptakan efek DoF dangkal yang dramatis.
  2. Focal Length (Panjang Fokus Lensa): Lensa telefoto (panjang fokus panjang, misalnya 85mm, 135mm, 200mm) cenderung menghasilkan DoF yang lebih dangkal dibandingkan lensa wide-angle (panjang fokus pendek, seperti 24mm, 35mm) pada aperture yang sama. Ini karena lensa telefoto memperbesar subjek dan 'memampatkan' latar belakang, membuatnya tampak lebih dekat dan buram.
  3. Jarak Subjek ke Kamera: Semakin dekat Anda dengan subjek, semakin dangkal DoF yang akan didapatkan. Ini adalah alasan mengapa fotografi makro, di mana kamera sangat dekat dengan subjek, selalu menghasilkan DoF yang sangat tipis.
  4. Jarak Subjek ke Latar Belakang: Semakin jauh latar belakang dari subjek, semakin buram latar belakang tersebut. Ini adalah trik penting untuk memaksimalkan efek isolasi subjek, bahkan dengan aperture yang tidak terlalu lebar.
  5. Ukuran Sensor Kamera: Sensor yang lebih besar (misalnya full-frame) secara inheren akan menghasilkan DoF yang lebih dangkal dibandingkan sensor yang lebih kecil (misalnya APS-C atau Micro Four Thirds) pada focal length dan aperture yang setara. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak fotografer profesional berinvestasi pada kamera full-frame.

Memahami interaksi kompleks antara faktor-faktor ini adalah kunci untuk menguasai DoF dangkal. Ini bukan sekadar memutar cincin aperture, tetapi juga tentang bagaimana Anda memposisikan diri dan subjek dalam kaitannya dengan lingkungan.

Menguak Misteri Bokeh: Lebih dari Sekadar Efek Blur



Jika shallow depth of field adalah tentang 'berapa banyak' area yang buram, maka bokeh adalah tentang 'bagaimana' kualitas buram tersebut terlihat. Istilah 'bokeh' berasal dari bahasa Jepang, 'boke' (暈け atau ボケ), yang berarti 'blur' atau 'kabur'. Namun, dalam konteks fotografi, bokeh bukan sekadar blur, melainkan kualitas estetika dari area yang buram atau out of focus dalam sebuah foto. Ini adalah tentang keindahan dan kehalusan area di luar fokus, terutama pada titik-titik cahaya.

Bokeh yang baik sering digambarkan sebagai 'creamy', 'halus', 'lembut', atau 'dreamy', di mana titik-titik cahaya membentuk lingkaran-lingkaran indah tanpa pinggiran yang keras atau bentuk yang tidak beraturan. Sebaliknya, bokeh yang kurang baik bisa terlihat 'sibuk', 'keras', 'berbentuk aneh', atau 'mengganggu'. Kualitas bokeh sangat subjektif dan seringkali menjadi ciri khas dari lensa tertentu.

Faktor Penentu Kualitas Bokeh



Berbeda dengan DoF yang dipengaruhi oleh banyak variabel dari kamera dan komposisi, kualitas bokeh lebih banyak ditentukan oleh desain optik lensa itu sendiri. Beberapa faktor utama meliputi:

  1. Jumlah dan Bentuk Bilah Diafragma: Ini adalah faktor paling krusial. Lensa dengan lebih banyak bilah diafragma (misalnya 9 atau 11 bilah) yang melengkung akan menghasilkan lingkaran bokeh yang lebih bulat dan halus, bahkan saat diafragma sedikit ditutup. Lensa dengan bilah yang lebih sedikit atau lurus cenderung menghasilkan bentuk heksagonal atau oktagonal pada titik-titik cahaya yang buram.
  2. Desain Optik Lensa: Setiap lensa dirancang dengan formula optik yang unik. Kualitas elemen kaca, lapisan (coating), dan cara cahaya dibiaskan oleh lensa semuanya memengaruhi bagaimana area out of focus dirender. Lensa prime (lensa dengan panjang fokus tetap) seringkali dikenal memiliki kualitas bokeh yang lebih baik daripada lensa zoom, meskipun ada juga lensa zoom premium yang menghasilkan bokeh fantastis.
  3. Aberasi Sferis: Aberasi ini terjadi ketika lensa tidak dapat memfokuskan semua warna cahaya pada satu titik yang sama. Koreksi aberasi sferis yang baik pada lensa dapat menghasilkan bokeh yang lebih lembut dan bebas dari 'pinggiran' yang mengganggu. Lensa yang didesain untuk bokeh seringkali memiliki koreksi aberasi sferis yang optimal.
  4. Jarak Subjek ke Latar Belakang: Meskipun ini juga memengaruhi DoF, jarak latar belakang yang jauh dari subjek akan memberikan ruang lebih bagi cahaya untuk menyebar dan membentuk bokeh yang lebih besar dan halus.
  5. Kecerahan Titik Cahaya di Latar Belakang: Bokeh akan paling terlihat pada titik-titik cahaya yang terang di latar belakang, seperti lampu kota di malam hari, pantulan air, atau cahaya matahari yang menembus dedaunan. Semakin terang dan terpisah titik-titik cahaya ini, semakin jelas efek bokehnya.

Sebagai contoh, lensa-lensa legendaris seperti Canon EF 85mm f/1.2L atau Nikon AF-S NIKKOR 58mm f/1.4G dikenal luas karena kualitas bokehya yang luar biasa, sering disebut 'bokeh raja'. Ini membuktikan bahwa bokeh adalah hasil dari rekayasa optik yang cermat, bukan sekadar efek samping.

Dua Sisi Mata Uang: Perbedaan Fundamental Shallow Depth of Field vs Bokeh



Untuk mengakhiri kebingungan, mari kita tegaskan perbedaan esensial antara keduanya. Shallow depth of field adalah tentang kuantitas area yang buram—seberapa luas atau sempit rentang fokusnya. Ini adalah fenomena fisik yang dapat diukur dan diprediksi berdasarkan pengaturan kamera dan jarak. DoF dangkal adalah alat komposisi yang digunakan untuk mengarahkan pandangan penonton, mengisolasi subjek, dan menciptakan kesan kedalaman.

Sebaliknya, bokeh adalah tentang kualitas dari area yang buram tersebut. Ini adalah aspek estetika, 'rasa', atau 'karakter' dari blur. Bokeh tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti DoF; melainkan dievaluasi berdasarkan kehalusan, kelembutan, dan bentuk titik-titik cahaya yang buram. Bokeh adalah hasil dari desain optik lensa dan interaksinya dengan cahaya yang buram.

Hubungan antara keduanya adalah kausal: Anda memerlukan shallow depth of field (area buram) untuk dapat melihat atau mengevaluasi bokeh. Tanpa area yang buram, tidak akan ada bokeh. Namun, memiliki shallow depth of field tidak secara otomatis menjamin bokeh yang indah. Sebuah lensa bisa saja menghasilkan DoF yang sangat dangkal, tetapi dengan kualitas bokeh yang 'sibuk' atau 'keras' karena desain bilah diafragmanya yang kurang optimal atau aberasi optik yang signifikan.

Analoginya mungkin seperti ini: Anda ingin membuat kue yang manis. Shallow depth of field adalah jumlah gula yang Anda masukkan (kuantitas kemanisan). Sementara bokeh adalah kualitas rasa manis itu sendiri—apakah manisnya lembut, merata, atau ada sensasi pahit setelahnya (kualitas rasa). Anda butuh gula untuk membuat kue manis, tapi tidak semua gula menghasilkan rasa manis yang sama enaknya.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Apa itu shallow depth of field?

Shallow depth of field adalah rentang area yang terlihat fokus dalam sebuah foto, di mana area di luar rentang tersebut akan buram. Ini digunakan untuk mengisolasi subjek.

Apa itu bokeh?

Bokeh adalah kualitas estetika dari area yang buram (out of focus) dalam sebuah foto, terutama bentuk dan kehalusan titik-titik cahaya yang buram.

Apa perbedaan utama shallow depth of field dan bokeh?

DoF dangkal adalah tentang 'berapa banyak' area yang buram, sedangkan bokeh adalah tentang 'bagaimana' kualitas buram tersebut terlihat. DoF dangkal memungkinkan bokeh, tapi bukan bokeh itu sendiri.

Bagaimana cara menghasilkan shallow depth of field dan bokeh yang bagus?

Untuk shallow DoF, gunakan aperture lebar (f/ angka kecil), lensa telefoto, dekatkan subjek ke kamera, dan jauhkan subjek dari latar belakang. Untuk bokeh indah, gunakan lensa dengan bilah diafragma banyak dan melengkung.

Apakah shallow depth of field selalu menghasilkan bokeh yang indah?

Tidak. DoF dangkal hanya menciptakan area buram. Kualitas bokeh (kehalusan, bentuk) sangat bergantung pada desain optik lensa, terutama jumlah dan bentuk bilah diafragmanya.